Kado
spesial untuk Mitha
Hari berganti hari, dan tanpa kusadari aku telah menjalin hubungan dengan Mitha selama 2 tahun. Hari ini adalah hari yang spesial bagi kami berdua. 17 April, yang merupakan hari kelahiranku, hari kelahiran Mitha, dan sekaligus merupakan hari jadian kami.
Hari berganti hari, dan tanpa kusadari aku telah menjalin hubungan dengan Mitha selama 2 tahun. Hari ini adalah hari yang spesial bagi kami berdua. 17 April, yang merupakan hari kelahiranku, hari kelahiran Mitha, dan sekaligus merupakan hari jadian kami.
Aku
berencana untuk memberi kado yang spesial untuk Mitha. Sebuah cincin, yang
sering Mitha lihat di sebuah toko perhiasan. Beberapa kali, aku melihat Mitha
sedang melihat cincin tersebut sambil tersenyum.
Aku
telah menyiapkan segalanya untuk hari ini. Dekorasi, logistik, lighting, pentas
seni, dan segala yang dibutuhkan telah aku siapkan dengan matang. Aku
mengundang semua temanku untuk hadir dalam acaraku ini, termasuk Mitha.
Cincinnya sudah kusiapkan dan kukemas
dengan wadah kaca yang desainnya kubuat sendiri. Semua temanku telah datang
sebelum Mitha datang ke rumahku.
Malam
pun tiba. Tak lama kemudian, Mitha datang ke rumahku. Suasana rumah sengaja ku
buat gelap dan sepi terlebih dahulu. Mitha memanggil namaku terus-menerus, dan
sepertinya Mitha ketakutan dengan suasana ini. Tanpa basa-basi, aku pun
menghidupkan semua lampu dan teman-temanku segera menyanyikan lagu “Happy
Birthday to You”.
Mitha
pun terkaget, dan menangis terharu karena kebahagiannya. Aku pun langsung
membawakan cincin yang telah kubawakan, dan ku pasangkan pada jari manis Mitha.
Sengaja aku membeli dua cincin agar aku juga bisa memakainya. Mitha masih larut
dalam keharuannya karena dia tidak menyangka akan mendapatkan surprise semacam
ini dariku. Aku langsung memeluknya dalam dekapanku. Aku bisa merasakan
kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku bersyukur Mitha bisa bahagia karenaku.
Acara berlanjut ke pentas seni, dimana aku menyanyikan lagu “Akad - Payung
Teduh” yang ku persembahkan untuk Mitha.
Mitha
sangat menikmati laguku dan merasa bahagia karenanya. Semua temanku pun juga
ikut menari dan bernyanyi. Suasana seperti inilah yang amat-sangat kuharapkan
selama ini. Bisa membuat Mitha bahagia, adalah salah satu impian yang sangat
kudambakan. Semakin aku dapat membahagiakannya, semakin aku tidak ingin untuk
kehilangannya.
Malam
ini akan menjadi malam yang penuh kenangan dalam hidupku, dan akan menjadi
malam yang tak akan terlupakan untuk selama-lamanya. Semua yang terjadi malam
ini, akan menjadi saksi bisu kisah cinta antara aku dengan Mitha. Dan aku
percaya, bahwa takkan ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan ikatan cinta
kami berdua.
Disaat
semua itu telah berubah
Takkan ada satupun yang dapat memisahkan
ikatan cinta kami berdua. Begitulah yang selama ini aku percayai. Aku
selalu yakin pada kata-kata itu, atas dasar rasa cintaku pada Mitha. Tetapi,
sekarang semua itu telah berubah, dan tidak sama lagi seperti dulu.
Suatu
hari, Mitha mengajakku untuk makan malam di rumah makan dekat rumahnya. Aku
yakin pasti Mitha ingin memberikan sesuatu yang menarik, karena biasanya aku
lah yang mengajaknya untuk makan malam, bukan dia. Lalu, aku segera mandi dan
berganti pakaian, dan menaiki motorku untuk pergi ke rumah makan yang
diinginkan oleh Mitha.
Sesampainya
di rumah makan, aku tidak melihat ada sesuatu yang menarik. Yang kulihat
hanyalah Mitha yang sedang duduk di meja nomor 17. Aku segera menghampirinya
dan menyapanya.
“Hai, Mitha. Gimana kabarmu hari
ini ?” Tanyaku.
“Aku baik-baik aja.” Dia menjawab
tanpa tersenyum, tidak seperti biasanya. Lalu dia melanjutkan, “Aku ingin
bicara sesuatu sama kamu.” Wajahnya datar, dan sepertinya dia menahan tangis.
“Bicara soal apa Mith ?” Aku
bertanya, sekaligus memperhatikan air matanya yang makin lama makin menetes.
“Kamu kenapa Mith ?” Lanjutku.
Air
mata Mitha terus mengalir, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Mitha. Aku
langsung memeluknya dan berusaha menenangkannya. Baru kali ini, aku melihat
Mitha bersedih di hadapanku, dan entah kenapa aku pun juga ikut merasa sedih.
“Han, kita nggak bisa nglanjutin
hubungan kita seperti dulu lagi !” Mitha berkata seolah dia sudah tidak punya
harapan.
Aku kaget, dan balik bertanya.
“Loh, emangnya kenapa Mith ? Kita berdua kan udah berjanji akan bersama
selamanya ? Apa kamu lupa ?” Nadaku agak khawatir.
“Kamu tahu kan, Han, Agama kita
berbeda. Kita udah beda jalan, Han. Kita nggak akan mungkin bisa bersatu.” Mitha
menjawab, dan tangisannya semakin menjadi-jadi.
“Iya, aku tahu Mith. Tapi kita
bisa atasi masalah ini bersama-sama.” Aku mencoba meyakinkan Mitha.
“Gimana caranya ?!! Apa kamu bisa
?!!” Mitha menjawab dengan nada yang keras.
Aku
tidak bisa menjawabnya. Aku hanya bisa membiarkannya pergi tanpa bisa beranjak
mengejarnya. Sekarang aku paham, tidak perlu ada dua cahaya dalam satu
hubungan. Dan cinta, tidaklah bisa dipaksakan. Dan pada akhirnya, hanyalah
sebuah tembok yang dapat mengakhiri kisah cinta kita, tembok besar yang tak
akan dapat ditembus oleh kekuatan cinta.
Tamat
Ditulis Oleh : Wahyu Wijiyanto
Waktu Terbit : Senin, 26 Maret 2018 Pukul 20.47
Komentar
Posting Komentar