Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat malam sobat Story of Wejhe. Pernah nggak sih kalian mendengar kisah perdebatan antara anak IPA dengan anak IPS ? Di sebagian besar SMA negeri di Indonesia, terjadi kesenjangan antara anak IPA dengan anak IPS. Anak IPA selalu lebih diunggulkan daripada anak IPS. Dan sebaliknya, anak IPS selalu dipandang rendah dan dilabeli sebagai anak-anak yang kurang cerdas. Di postingan kali ini, saya anak membahas tentang bagaimana dinamika kesenjangan antara anak IPA dan anak IPS yang seharusnya tidak terjadi di Indonesia. Ide untuk menulis postingan ini saya dapatkan dari seorang adik-kelas di SMA, yang notabene merupakan anak IPS. Oke, langsung saja. Check it out !
(Gambar 1. IPA vs IPS) |
Dalam dunia SMA, IPA dan IPS adalah dua hal yang selalu berdampingan. Orang bilang, 2 jurusan inilah yang membuat masa SMA kita penuh dinamika. Anak IPA, dengan eksistensinya sebagai siswa kebanggan guru dan selalu bergelut dengan mapel-mapel eksak seperti Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan anak IPS, yang selalu bangga akan titel mereka sebagai anak yang bebas dan tidak terlalu memikirkan mapel-mapel eksak. Banyak yang beranggapan bahwa anak IPA memiliki beban yang lebih berat daripada anak IPS.
Sebenarnya, anggapan tentang anak IPA lebih unggul daripada anak IPS adalah "salah besar". Anggapan tentang anak IPA yang cerdas, rajin, disiplin, dan sopan, serta tentang anak IPS yang kurang cerdas, malas, ceroboh, dan banyak tingkah. Anggapan-anggapan ini sebenarnya muncul karena sebuah kesalahan sistem. Anak IPS menjadi malas karena mereka telah dilabeli sebagai anak yang malas. Dalam ilmu sosiologi. kondisi ini sesuai dengan Labelling Theory, dimana seseorang akan menjadi buruk jika dia dilabeli sebagai orang yang buruk.
(Gambar 2. Illustrasi rumitnya hitungan Matematika) |
Namun, jika kita amati lebih dalam lagi, anak IPA dan anak IPS memiliki kelebihannya masing-masing. Anak IPA boleh saja lebih unggul dalam hitungan, namun tak jarang anak IPA yang lemah hafalannya. Di sisi lain, anak IPS akan lebih unggul dalam hafalan, namun tidak pada hitungan. Keduanya memiliki bidang keilmuannya masing-masing. Jadi, sangat salah jika kita mengunggulkan anak IPA di atas anak IPS.
Pada akhirnya, anak IPA dan anak IPS haruslah saling melengkapi. Anak IPA dengan penemuan-penemuan teknologi mutakhirnya tidak akan bisa terjun ke masyarakat tanpa kemampuan sosial yang dimiliki anak IPS. Sebaliknya, anak IPS dengan kemampuan bersosialnya yang tinggi tidak akan bisa hidup dengan nyaman tanpa teknologi yang dibuat oleh anak IPA. Keduanya bagaikan sebuah sistem yang saling berkaitan, dan jika salah satunya rusak maka sistem itu akan rusak seluruhnya.
Baik IPA maupun IPS, salah satu dari keduanya tidak bisa untuk mengunggulkan diri lebih dari yang lainya. Keduanya memiliki tingkat kesulitan yang sama, namun dalam bidang yang berbeda. Dalam dunia kerja, bidang pekerjaan kedua jurusan inipun berbeda. Jika anak IPA adalah dokter-dokter yang siap mengobati dan menyembuhkan penyakit para pasiennya, maka anak IPS adalah orang-orang yang bekerja dibalik berjalannya suatu rumah sakit, dan membuat struktur manajemen usaha agar terjadi keuntungan secara finansial dalam usaha tersebut.
Kiranya, hanya itu yang dapat saya bahas dalam postingan ini. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi motivator bagi anak-anak IPS untuk tetap semangat belajar dan meraih mimpi. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca sekalian. Jazakumullahi Khairan Katsiran.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Ditulis Oleh : Wahyu Wijiyanto
Waktu Terbit : Kamis, 24 Mei 2018 Pukul 21.47 WIB
Komentar
Posting Komentar